Pendidikan Entrepreneurship dan Implementasinya dalam Pembelajaran di SMP ST IGNASIUS MEDAN
- Holong Nainggolan, S.Kom
- 27-10-2021
Secara
umum pendidikan mempunyai dua tugas besar. Pertama menyiapkan generasi
yang
punya kemampuan adaptasi terhadap ekspektasi lingkungan. Kedua,
menyiapkan
agar mereka mampu mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dengan
cara-cara
baru.
Eentrepreneurship
dapat diartikan adalah kewirausahaan atau dalam bahasa awam kemandirian. Proses pendidikan yang
kita lakukan selama ini cenderung berpusat pada guru sebagai satu satunya
sumber informasi namun saatnya diperlukan terobosan baru dalam melaksanakan
proses pembelajaran sehingga ditemukan inovasi dalam praktek penyelengaraan atau pembelajaran.
Inovasi
yang tidak sekedar pendekatan
mengajar. Inovasi yang diawali dari perubahan
arah
yang akan dicapai dari proses belajar. Sekolah memerlukan sebuah sistem
penyelenggaraan dan pembelajaran yang menyiapkan siswa ke arah kemandirian untuk
berkreasi dan berinovasi. Belajar yang menekankan pada proses untuk menghasilkan,
bukan sekedar pada proses untuk memahami.
Proses pembelajaran, selama ini, mengarahkan siswa untuk “berhenti” diproses
memahami. Kalau sudah paham dengan fakta dan konsep yang diajarkan, pembelajaran dipandang
cukup. Untuk melihat pemahaman yang dikuasai, siswa dites Siswa harus dilatih untuk
memfungsikan pengetahuan dan skills yang telah dimiliki untuk dapat
menghasilkan ciptaan yang bernilai.Sebaiknya dibangun sebuah tekad untuk
mempunyai sistem kurikulum danpembelajaran yang dapat mendorong generasi baru
untuk mempunyai mindset berkreasi
dan berinovasinya berdasarkan ilmu yang telah dimiliki, (Garder,2007). Lebih lanjut kami
berpendapat bahwa kalau hanya sekedar berkreasi saja tidaklah cukup. Kreasi harus
didasarkan pada peluang yang diperoleh atau diciptakan dari
proses
eksplorasi. Selanjutnya hasil kreatifitas harus dikomunikasikan dan dipromosikan agar
dihargai oleh orang lain.
Sistem
inilah yang selanjutnya dinamakan
Program Pendidikan Entrepreneur K – 12 Ciputra Way dimana SMP St.Ignasius
bekerja sama karna dipandang sangat relevan untuk diterapkan sebagai model
pembelajaran diera 4.0 yang akan menyongsong masyarakat 5.0 sebagai turunannya.
Seorang
yang belajar selalu akan “menantang” dirinya dengan pertanyaan, “Dengan
pengetahuan
dan kecakapan yang saya miliki, saya dapat menghasilkan apa?” Proses menghasilkan inilah yang
akan menjadi penekanan dalam pendidikan di era sekarang dan masa yang akan
datang.
Pendidikan
seperti ini akan menghasilkan generasi yang tidak terjebak pada kebingungan seperti yang
terjadi sekarang ini. Banyak orang bingung ketika terjadi perubahan. Bahkan dilevel
sekolahpun terjadi banyak kebingungan ketika sebuah sistem kurikulum berubah.
Mengapa? Karena komunitas sekolah sudah terjebak sikap pasif dan konsumtif,
mereka hanya sekedar menerima dan menjalankan sistem.
Membentuk
generasi yang bermindset entrepreneurial dibutuhkan sistem pendidikan
dengan
spirit entrepreneurial juga yang dilandasi dengan keyakinan-keyakinan profesional, nilai-nilai yang diyakini
oleh seseorang mempunyai fungsi meningkatkan relasi antara manusia
dengan Tuhan, sesama dan ciptaan sehingga dapat. membuat layanan sekolah dapat
diterima oleh masyarakat yang majemuk. Progran pendidikan entrepreneur diwujudkan
dalam bentuk yang terintergrasi dengan
kurikulum sekolah sebagai ciri kurikulum pada tingkat satuan pendidikan di sekolah.
Dengan lingkungan dan program sekolah yang mendukung dan terencana
akan memberi nilai tambah bagi proses belajar yang akan mendorong siswa
untuk kreatif, gembira dan mampu memberikan penghargaan pada
kelestarian lingkungan.
Perilaku
Mencipta
Selama
ini kata entrepreneur cenderung mempunyai konotasi orang yang bergerak di dunia bisnis, karena kita
banyak diekspos dengan entrepreneur di bidang bisnis. Pendidikan entrepreneur
memahami sosok entrepreneur sebagai seorang yang mempunyai “spirit atau
mindset inovatif” dan didukung dengan kemampuankemampuan tertentu dibidangnya.
Misal mindset untuk berinovasi dibidang IT memerlukan ketrampilan
dan pengetahuan yang mendukung untuk berinovasi dibidang tersebut,
sehingga hasil inovasinya diterima atau dihargai oleh orang lain.
Orang
seperti ini sekarang disebut menjadi technopreneur. Kalau spirit dan
mindset
dikontekskan
di bidang sosial, menjadi social entrepreneur. Kalau di pemerintahan, menjadi government
entrepreneur. Entreprenur mempunyai spirit dan jiwa yang terus ingin tetap
maju, berkembang, dan mandiri. Mereka telah memberikan banyak kontribusi pada
kemajuan ekonomi bangsa dan memberikan lapangan kerja Kalau sekolah dapat
membentuk mindset seperti ini dalam generasi muda, diharapkan mereka sedikit
demi sedikit akan berpikir untuk mandiri dalam bidang ekonomi juga. Pendidikan
ini akan lebih mendukung siswa untuk mempunyai potensi-potensi diri yang
dibutuhkan di era sekarang. Potensi-potensi ini selanjutnya akan membentuk
profil siswa yang Religious, Inovator, Problem Solver, Risk taker, Open
minded, Communicator, Team Player, Reflective, Knowlegdeable, Opportunity
creator, Financial literate.
Karakter
Karakter
adalah perilaku yang telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Kebiasaan yang baik
membangun karakter yang baik, kebiasaan yang buruk membangun karakter yang
buruk. Sekolah akan menjadi sebuah tempat yang baik untuk membangun karakter
bila terdapat dukungan yang penuh dari para orang tua. Karakter-karakter yang
akan menjadi bagian dari pembelajaran di sekolah yangmenerapkan pendikan
entrepreneur dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.
Karakter karakter Dasar (Basic Characters), ini adalah sekumpulan
karakter yang
mutlak harus dimiliki seseorang untuk dapat hidup sebagai warga masyarakat yang sadar
hukum dan sadar sesama misalnya: penuh perhatian, ketaatan, kejujuran,
kerajinan, keramahan, kelemah-lembutan, keteraturan, penuh rasa syukur,
pemaaf.
2.
Karakter karakter Indah (Beautiful Characters), ini adalah
sekumpulan karakter
yang diperlukan seseorang untuk menjadi anggota tim yang dihargai dan dihormati, contoh
dari karakter-karakter ini adalah: bertanggung jawab, penuh pengendalian diri,
tulus, murah hati, bertoleransi, dll.
3.
Karakter karakter Gemilang (Brilliant Characters), ini adalah
sekumpulan
karakter yang akan membuat seseorang akan menonjol dan mampu memberikan pengaruh dalam lingkungannya. Dengan memiliki karakterkarakter ini ia mampu menjadi pemimpin dan penggerak kelompok, contoh dari karakter-karakter ini adalah: penuh inisiatif, antusias, adil, bijak, persuasif, kreatif, dll. Beberapa karakter penting yang menunjang pendidikan entrepreneurship: Integrity, Independence, Respect, Enthusiasm, Curiousity, Creativity, Self-control, Responsibility, Self Direction, Tolerance, Caring, Assertiveness. Agar dapat berinovasi dengan menggunakan model yang dijelaskan di opporunity of exsploration, siswa perlu untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan hidup( skill) yang dianggap penting. Akan kita bahas pada artikel berikutnya. Untuk mengimplementasikan pendidikan entrepreneurship di sekolah, maka siswa-siswi SMP ST. IGNASIUS perlu memahami tahapan dalam proses kreativitas dan inovasinya yakni learning cycles
Learning
Cycles (Siklus Belajar)
Siklus
Belajar adalah tahapan belajar siswa dalam satu unit/tema pembelajaran. Peran guru adalah mendisain
langkah-langkah belajar dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat melalui tahapan
tersebut dan mencapai hasil belajar yang optimal. Siklus belajar didisain untuk memberi
kesempatan pada siswa untuk menjalani sebuah proses agar mendapat
pengetahuan/konsep, skil dan membangun sikap positif pada belajar.
- Tahap
investigasi dan eksplorasi . (Exploration)
Dengan
rasa ingin tahu siswa mempelajari
beberapa fakta dan data untuk mencari sebuah fokus
eksplorasi. Akhir dari
tahap ini adalah siswa mempunyai kesadaran akan target
dan arah dari eksplorasi. Dalam kegiatan ini siswa mencari sumber-sumber yang
relevan dengan project yang akan dia inovasikan. Siswa belajar dari segala
sumber yang ada untuk mendukung projjeknya tersebut.
- Tahap
perencanaan (Planning)
Dengan
informasi tambahan yang mempunyai hubungan dengan fokus yang
dipelajari. Siswa memahami tentang learning outcomes dan indikator
ketercapaian, project yang akan dibuat, tahapan kerja dengantime lines,
resources yang diperlukan, kesepakatan-kesepakatan, analisa tantangan, tentang cara
kerja serta kriteria penilaian untuk pencapaian kinerja.
- Tahap
bekerja/produksi( Doing).
Setelah
mempelajari konsep-konsep lebih lanjut dari sumber-sumber yang
bervariasi akhirnya siswa menuangkan ide, konsep, ketrampilan ke dalam
karya kongkrit yang dapat teramati oleh orang lain. Siswa dalam tahap ini
juga melatih kepemimpinan mereka.
- Tahap
promosi/komunikasi
(Communicating)
Siswa
mengkomunikasikan hasil kerjanya kepada orang lain agar dapat diterima dan
dihargai. Dalam hal
komunikasi projek siswa bisa meminta saran dan pendapat atas hasil projek yang
sudah dikerjakannya, sehingga bisa diperbaiki.
- Tahap
evaluasi/refleksi
(Reflection)
Siswa
membuat identifikasi tentang hal-hal yang telah dicapai dan hal yang
perlu harus ditingkatkan pada project berikutnya. Refleksi harus tetap
mencakup pada aspek konsep/pengetahuan yang telah didapat, skills, dan
karakter baik
yang telah berkembang atau yang masih harus tetap diperhatikan.
Demikian
pendidikan entrepreneurship dilakukan di SMP ST.Ignasius sebagai salah satu
keunggulan dalam membangun pendidikan yang mandiri untuk mewujudkan generasi
yang mampu menjawab tantangan dalam hidup dan masyarakat kita.
Marugan
Simbolon
Guru
Entrepreneurship