Pengajar yang Membelajar
- SMP ST IGNASIUS
- 28-11-2023
Kita jadi bisa menulis dan membaca karena siapa?
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu dari siapa?
Kita jadi pintar dibimbing pak guru
Kita bisa pandai dibimbing bu guru
Para peserta didik saat ini barangkali tidak terlalu akrab dengan syair lagu di atas. Sebuah lagu dengan syair pendek dan rima yang indah dan mudah untuk diingat. Kata-kata sederhana namun penuh makna, diyakini pasti sang pengarang lagu tersebut mempunyai kesan yang mendalam terhadap sosok seorang guru.
Seiring dengan berjalannya waktu, yang mana teknologi dan informasi adalah “mahaguru” adakah guru masih menjadi sumber belajar bagi para peserta didiknya? Yang menjadikan mereka pandai dan tidak hanya sebatas tahu menulis dan membaca saja?
Kata guru dalam Bahasa jawa berarti digugu (dianut) dan ditiru (dicontoh). Betapa mulia peran yang diemban seorang guru, karena guru menjadi panutan dan contoh bagi peserta didik. Para orang tua juga lebih sering menyerahkan dan memasrahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah (guru).
Menjadi seorang guru yang bisa digugu atau ditiru ternyata bukanlah tugas yang mudah dan ringan, karena selain harus mengemban tugas akademis, guru juga harus mengemban tugas pedagogik dan tugas sosial.
Setiap tugas tersebut semestinya berjalan dengan seimbang. Maka agar guru dapat digugu dan ditiru tidak lain dan tidak bukan adalah belajar. Inilah tugas hakiki seorang guru. Belajar bukan hanya tentang ilmu pengetahuan ataupun keterampilan namun pula belajar memaknai nilai-nilai kehidupan baik secara pribadi maupun sebagai mahluk sosial. Bekal inilah yang akan dibagikan kepada peserta didik dan masyarakat sekitar.
Secara akademis guru haruslah unggul dibidangnya masing-masing. Bagaimana mungkin para guru dapat berbagai ilmu kepada peserta didik jika dia tidak menekuni bidang yang diajarkannya?
Namun, guru semestinya bukan hanya sosok yang pintar dan terampil saja, melainkan harus siap membekalkan dan meneladankan nilai-nilai kehidupan kepada para peserta didiknya. Inilah tugas pedagogik yang harus diemban seorang guru. Nilai-nilai kehidupan juga harus melekat pada seorang guru karena akan sebagai bekal peserta didik yang kelak akan terjun ke tengah masyarakat untuk bermasyarakat.
Oleh karena itu, nilai-nilai kesantunan, disiplin, kejujuran, kegigihan, kerja sama, saling menghargai, dan nilai-nilai kehidupan lainnya akan tercipta pada peserta didik jika guru juga menerapkan dan mempelajari nilai-nilai tersebut lewat pembiasan-pembiasan kita.
Maka pencapaian nilai-nilai akademis lewat ujian-ujian sekolah atau yang dikenal saat ini ANBK bukanlah satu-satunya parameter keberhasilan pendidikan. Goleman (1998) mengatakan kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi sebesar 20 % dari keberhasilan hidup seseorang. Dengan kata lain keberhasilan hidup seseorang tidak hanya dinilai dengan kecerdesan intelektual saja namun juga harus memiliki dan menerapkan nilai-nilai kehidupan dalam kesehariannya.
Marilah kita para guru terus belajar menjadi seorang pengjar dan pembelajar tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan agar tetap menjadi sumber belajar bagi anak didik kita maupun masyarakat sekitar. Jadikanlah dirikita sebagai pendidik yang layak untuk digugu dan ditiru.