Bullying saat ini menjadi hal yang
nampaknya semakin menjamur di kalangan muda, terutama pelajar. Hal ini seiring
maraknya kasus pem-bully-an yang kian merebak di masyarakat yang umumnya
terjadi di sekolah. Bullying menjadi momok yang menakutkan sehingga memerlukan
atensi tinggi untuk pemberantasannya. Tidak ada dampak positif yang melekat
pada kata bully dan tindakannya. Bullying secara harfiah dapat
dikatakan sebagai tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban
merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa dalam Zakiyah, dkk, 2008).
Perundungan
yang umum terjadi di kalangan pelajar ada banyak jenisnya, seperti, bullying
fisik, bullying verbal, bullying relasional, dan cyberbully.
Bentuk tindakannya dapat beragam, misalnya, mencaci, mengata-ngatai fisik
teman, menjuluki teman, memukul, mengucilkan, menjauhi, yang tidak hanya
berlangsung di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Berdasarkan data KPAI
tahun 2021, tercatat ada 53 kasus anak korban perundungan di lingkungan sekolah
dan 168 kasus perundungan di dunia maya. Sementara, dari Januari hingga Oktober
2022, kasus perundungan di sekolah meningkat menjadi 81 kasus. Dapat kita
simpulkan bahwa angka pem-bully-an atau perundungan di Indonesia belum
menunjukkan penurunan. Hal ini sangat mengkhawatirkan.
Dampak
bullying pun bukanlah hal yang boleh disepelekan. Korban bullying
menjadi sosok yang mengalami gangguan mental/psikologis, krisis kepercayaan
diri, tidak memiliki semangat menjalani hidupnya, bahkan dapat mengakibatkan
korbannya mengakhiri hidup. Pelaku bully sendiri umumnya melakukan bullying
dengan motif ingin mendapatkan pengakuan, merasa punya kekuasaan yang lebih
tinggi, bahkan mendapatkan apa yang ia inginkan. Hal ini yang pada akhirnya
melahirkan korban-korban bullying.
Mari berkaca
pada diri sendiri, apakah kita seorang bullies atau tidak. Dari
pada menjadi bullies, lebih baik menjadi agen anti-bully dengan
bersikap friendly dan apresiatif bagi teman-teman di sekolah. Kita harus
menyadari bahwa setiap orang memiliki kelemahan dan keistimewaannya sendiri,
ya. Rangkul teman yang lemah, eratkan persaudaraan. Dengan begitu, banyak hal
positif yang akan kita dapatkan. Teman yang banyak, terhindar dari julukan bullies
atau ‘si pem-bully’, terhindar dari perbuatan dosa, dan banyak lagi.
Raini Rodriguez – “Bullying is never fun, it’s a cruel and terrible thing to do to
someone. If you are being bullied, it is not your fault. No one deserves to be
bullied, ever.”